21 April 2010

Tentang Komunisme

Malam ini, saya memaksa otak dengan RAM pas pas-an untuk membaca beberapa ulasan Karl Marx seputar kerja upahan dan kapital, masih diselingi dengan bacaan mengenai Revolusi Bolshevik di Rusia.

Lumayan, neuron yang semula agak seret mulai berputar..rupanya harus sering sering diminyaki karena pertambahan usia.

Banyak hal hal yang menarik dari marxisme dan cukup lucu jika boleh dikatakan pada dasarnya ajaran komunis yang disebarkan oleh Karl Marx itu bersifat kerakyatan. Jika saja sistemnya tidak diselewengkan.

Marx menentang adanya pembagian kelas dalam masyarakat dan mengusulkan penghapusan hak milik perseorangan yang dikondisikan sebagai penghisapan orang terhadap orang lainnya. Dalam hal ini kalangan tertindas disebut dengan proletar yang tidak memiliki akses terhadap alat alat produksi

Dalam manifesto komunis yang disusunnya bersama Engels ia menyerukan perombakan atas watak kerja kaum borjuis, kerja upahan dan pemusatan alat alat produksi.

Pada akhirnya gagasan Marx ini dilanjutkan oleh Lenin, Stalin dan Mao. Partai komunis menjadi partai yang paling berkuasa dimana setiap tindakannya selalu berpusat kepada pimpinan partai sekaligus kepala negara.

Lenin dan Stalin mempertahankan kekuasaannya melalui kekerasan terhadap musuh musuh mereka. Kedudukan polisi rahasia Sovyet saat itu sangat ditakuti dan menjadi pilar kekuatan 2 diktator tersebut. Penculikan dan pembunuhan dilegalkan atas nama negara.

Sementara Mao menggabungkan ajaran Marx dengan konfusianisme sehingga menciptakan warna lain dalam komunisme. Mao dengan tangan besinya berusaha mengindustrialisasi Cina melalui kaum petani. Tercatat jutaan petani mati kelaparan karena tidak terbiasa dengan kerja industri.

Penghapusan hak milik perseorangan lama kelamaan diterjemahkan menjadi hilangnya hak kebebasan seseorang dalam berpolitik dan mengemukakan pendapat.

Sistem multipartai dihilangkan, sistem sentralistik menjadi acuan dalam pemerintahan. Besarnya kekuasaan politbiro memicu menggilanya korupsi yang dilakukan oleh anggota dan pimpinan partai.

Pada akhirnya komunisme yang dimaksudkan untuk memajukan kehidupan kaum buruh dan tani menjadi gagal total karena kesalahan penyelenggara negara. Penghisapan orang atas orang lain berubah menjadi penghisapan kebebasan rakyat oleh negara.

Mao digantikan oleh Deng Xiaoping yang muncul dengan ide mengenai pembaharuan ekonomi namun tidak diikuti dengan restrukturisasi politik yang memuncak pada pembantaian mahasiswa dan aktivis prodemokrasi di Tiananmen tahun 1989.

Di Indonesia sendiri, ajaran komunis dibawa pertama kali oleh Henk Snevliet dengan ISDV-nya sekitar tahun 1914. ISDV ini menginfiltrasi Serikat Islam sehingga terpecah menjadi SI Merah yang beraliran komunis dipimpin Semaoen dan SI Putih dengan Agus Salim di pucuk pimpinan. SI Merah ini juga melahirkan tokoh unik Haji Misbach seorang Islam taat sekaligus komunis. Baginya Islam dan komunisme dapat berjalan beriringan karena sama sama mempunyai konsep kesetaraan.

Komunisme gagal sebagai suatu sistem karena penafsiran yang sempit dari pengikutnya.
Terbukti kegagalan suatu sistem lebih banyak disebabkan oleh perilaku orang orang yang menerjemahkan bahasa sistem tersebut ke dalam kepentingan pribadi.

Jika Marx hanya menyerukan perombakan terhadap sistem ekonomi kapitalis, pengikutnya kebablasan merombak kebebasan yang menjadi hak azasi manusia.

17 April 2010

Tragedi Pemimpin Agama

Pesantren Nurul Hidayah di Surabaya diserbu warga yang geram mendapati sang pendiri pesantren mencabuli sejumlah santriwatinya.

Di Lampung, Ustadz Agus dari pesantren Miftahul Ulum diperiksa polisi karena kasus pencabulan terhadap sejumlah anak dibawa umur.

Baru baru ini Paus Benedictus XVI meminta maaf atas sejumlah kasus pencabulan anak anak yang dilakukan oleh para Pastur Katolik Irlandia.

Sementara Gereja Katolik di San Diego setuju dengan ganti rugi sebesar US$198 juta terhadap 144 kasus gugatan pencabulan yang dilakukan para Pastur.

Apa boleh buat Kyai dan Pastur adalah orang biasa, walaupun kemana mana mereka tidak pernah lepas dari kitab suci dan mulut mereka fasih mendendangkan mana benar mana yang dosa. Hanya memang ironis bila kita menyerahkan anak kita untuk dididik di pesantren sementara sang Kyai ternyata bermental cabul, atau kita melakukan pengakuan dosa di hadapan pastur yang ternyata malah mempunyai dosa yang lebih gawat.

Demikian pula dengan para pemimpin tertinggi umat, Baik Paus atau Khalifah juga hanya manusia biasa.

Ingat saja sejarah Paus abad pertengahan yang hobby memelihara gundik dan juga para Khalifah yang mempunyai ribuan selir.

Sebagian beranggapan bahwa tradisi selibat cukup memberikan pengaruh terhadap perilaku para Pastur, tapi di sisi lain para Kyai yang tidak selibat juga melakukan hal asusila. Ada pihak yang menyalahkan kehidupan sekuler yang memang sedang marak. Tapi bukankah sudah menjadi tugas orang orang itu untuk menyiapkan mental menghadapi segala macam bentuk kehidupan.

Pengetahuan sejarah seperti itu yang selalu membuat saya menjaga jarak dengan pemuka agama. Ritual ritual keagamaan yang rumit selalu membuat saya terheran heran. Harus sesusah itukah untuk bertemu Tuhan. Kadang institusi agama membuat agama menjadi sekedar formalitas dan bukan lagi pengalaman batin

Daripada memusingkan kelakuan para pemuka agama tersebut. Saya lebih tertarik dengan sejarah Islam dan Katolik.

Benarkah Maria Magdalena adalah the hidden apostle melebihi Petrus, bahwa ia menyebarkan ajaran Kristus sampai dengan Marseille, Perancis sana sesuai dengan document yang ditemukan di Nag Hamadi. Atau apakah benar Paus Joan atau yang dikenal dengan John Anglicus itu ada.

Sementara tentang Islam, tentu saja sangat menarik mengetahui mengapa Arab Saudi sebagai representasi dari Islam kelihatan acuh tak acuh dengan Islam. Ah, ya bukankah para emir kerajaan tersebut merupakan sahabat kerajaan Inggris. Tidak heran jika mereka selalu mendua. Belum lagi aliansi mereka dengan aliran Wahabi.

Ya, memang agama adalah hal yang privat memang konsep yang paling tepat untuk saya. Saya menolak debat Islam-Kristen yang sering dilakukan oleh milis milis tertentu atau DVD DVD tentang perbandingan 2 agama tersebut atau ajakan untuk mendukung sesuatu yang berbau agama yang marak di facebook.

Saya tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai fans of Nabi Muhammad di facebook. Nabi Muhammad, Yesus Kristus atau Bunda Maria sudah banyak fansnya, tidak perlu dibawa bawa ke ranah facebook segala.

Perang Salib yang memakan korban ribuan umat Muslim dan Kristen di abad 11 sampai 13 cukuplah menjadi pelajaran berharga. Perang Salib bukan sekedar perang antar agama, tapi juga memperebutkan kekuasaan atas suatu daerah. Perang itu juga menjadi bukti betapa tangan Paus dan Khalifah juga berlumuran darah umat mereka.

Jadi siapa bilang Paus dan Khalifah itu suci? Hati hatilah menilai pemimpin kita, jangan silau dengan gelar yang dilekatkan secara resmi kepada seseorang.

10 April 2010

Para Petarung Kehidupan

Sabtu pagi di komplek rumah selalu merupakan saat yang menyenangkan.

Senang karena bisa meluangkan waktu memperhatikan aktivitas manusia yang berlalu lalang di depan rumah.

Ada beberapa yang selalu menarik perhatian saya.

Nomer 1 adalah seorang ibu yang menuntun sepeda dengan panci besar berisi ayam yang telah dibumbui di boncengan belakang, sementara di stang kanan kirinya bergelantungan plastik plastik berisi mpek mpek dan tahu. Saya beberapa kali membeli ayam dan mpek mpeknya

Dengan kontur jalan yang berbukit bukit dapat dibayangkan betapa ngos ngosannya si Ibu saat hilir mudik menjajakan dagangannya.

Nomer 2 adalah ibu penjual jamu langganan saya dan asyar. Dengan gerobak dorong mungil bercat hijau ia berkeliling menawarkan kunyit asem, beras kencur serta jamu jamu lain untuk anak dan dewasa. Kadang kadang ia membawa anaknya yang masih balita dalam gendongan.

Nomer 3 adalah sepasang nenek berusia kurang lebih 60 tahun-an. Menjinjing keranjang dan membawa payung untuk melindungi dari terik matahari. Mereka berjalan kaki dari rumah ke rumah menawarkan rempeyek, keripik pisang dan keripik singkong. Saya juga sering mencegat duo nenek itu untuk membeli dagangannya.

Yang ke 4 adalah mbak dewi, tukang nasi uduk yang mangkal di dekat portal sektor 2. Ia tiap hari berjualan nasi uduk, lontong sayur dan gorengan. Asyar hampir tiap sabtu pagi dengan sepeda menyambangi gerobak mbak dewi untuk sepiring nasi uduk sekaligus mengobrol dengan Zahra, anak si mbak yang sebaya dengannya.

Kelihatannya biasa bukan, 5 orang perempuan berjualan. Tapi selalu menarik buat saya. Karena ketertarikan itu pula saya sering mengobrol saat membeli dagangan mereka.

Satu persamaan motif : Ekonomi.

Ketidakberuntungan ekonomi yang memaksa para perempuan itu harus melepaskan impiannya menjadi ratu rumah tangga, memusatkan perhatian mereka untuk mengurus anak dan suami dengan bantuan pembantu rumah tangga seperti lazimnya rumah tangga Indonesia masa kini.

Mereka bukan saja harus mengurus keluarga lengkap dengan tetek bengeknya, tapi juga turun tangan sebagai pencari nafkah. Bangun di pagi buta menyiapkan peralatan dan meracik makanan yang akan dijual, saat matahari menjelang berangkat berdagang sampai siang, bahkan sore pun kadang dipakai untuk berjualan yang lain.

Begitulah mereka, di sela sela problema rumah tangga seperti anak sakit, suami sakit atau bahkan diri sendiri yang sakit. Para perempuan itu tetap harus berjalan mencari nafkah.

Tidak berdagang sehari berarti tidak ada pemasukan. Jika tubuh yang sakit itu masih bisa dipakai berjalan, maka the show must go on. Dokter dan rumah sakit bagi mereka merupakan kata yang berkonotasi dengan biaya mahal, jadi kata 2 kata itu sebaiknya dihapus dari memori. Jika sakit mereka memilih puskesmas yang murah meriah, Puskesmas di Sawangan cukup baik ternyata (untunglah saya pernah iseng mengantri di puskesmas tersebut, sehingga tahu keadaan sesungguhnya)

Jika saya yang saat itu terserang sakit mata masih bisa minta ijin tidak masuk dan bisa beristirahat dengan nyaman, tidak demikian dengan mereka. Jika sabtu dan minggu menjadi alasan bagi saya untuk memanjakan diri, bagi mereka 2 hari tersebut tidak ada bedanya dengan Senin-Jumat, hari hari penuh kerja keras dan keprihatinan.

Jika saya mengeluh tidak tahan dengan teriknya matahari di luar sana, maka para perempuan itu menganggap matahari adalah sahabatnya.

Berkaca kepada kegigihan mereka saya merasa sangat malu. Tidak bisa disangkal saya harus mengurangi segala kemanjaan ini dan harus bekerja lebih keras lagi.

Keikhlasan dan kekerasan hati mereka dalam mencari nafkah sungguh sangat menginspirasi. Dengan pendidikan yang boleh dibilang tidak tinggi mereka berhasil mempersonifikasikan diri sebagai motor penggerak ekonomi keluarga.

Saat ini saya dihinggapi rasa rendah diri jika dibandingkan mereka. Dengan keberuntungan yang dimiliki mestinya saya bisa lebih gigih lagi dalam menghadapi kehidupan, harusnya saya tidak banyak bermalas malasan serta lebih menempa diri.

Lain kali jika saya merasa tulang serasa remuk sehabis pulang kantor, maka saya harus melihat para Ibu itu yang pasti merasakan hal lebih parah lagi. Dan saya harus stop mengeluh, bahkan harus bersyukur bisa serba sedikit meniru langkah para perempuan itu sebagai petarung.

04 April 2010

Ketulusan Hati seorang Perempuan

Saat amarah dan gelisah lagi lagi mulai menyelinap dalam hati, terbacalah sebuah buku, tampak sedikit kumal, karena saya lupa menyampulnya.

Buku tentang Inggit Garnasih, perempuan tatar Sunda yang sederhana, Sekolah rakyat pun tidak lulus.

Inggit, kekasih Soekarno. Ia masuk ke dalam kehidupan Soekarno sebagai ibu kost di Bandung. Soekarno masih menjadi mahasiswa di Technische Hoogershchool yang sekarang bernama ITB.

Soekarno saat itu telah menikah dengan Oetari, putri HOS Tjokroaminoto, sedangkan Inggit menjadi istri Sanoesi, seorang pengusaha.

Kepada Inggitlah , Soekarno mengeluh mengenai hubungan dengan Oetari yang tidak sesuai dengan harapannya. Inggit duduk mendengarkan dan memberi saran.

Wajar bila cinta perlahan merayap di hati dua orang yang sering bersama sama. Soekarno diam diam mengagumi kecantikan dan kedewasaan ibu kost-nya itu. Inggit pun mulai menaruh perhatian terhadap mahasiswa ganteng yang terpaut 12 tahun lebih muda darinya.

Apa mau dikata, keduanya terikat dengan pasangan masing masing. Keadaan yang meruncing itu berakhir ketika Soekarno mengembalikan Oetari ke Surabaya. Inggit pun meminta cerai dari Sanoesi.

Inggit lebih memilih Soekarno, mahasiswa miskin dengan resiko harus berpisah dengan segala kemapanan sebagai istri seorang pengusaha.

Di sisi Soekarno, Inggit bekerja keras membiayai sekolah dan perjuangan sang kekasih. Dengan batu pipisannya ia membuat alas bedak bernama Sari Pohaci yang disukai oleh pemudi Bandung saat itu. Ia juga menjahit kutang demi membiayai hidup mereka berdua. Menggadaikan satu demi satu perhiasan dan tanah untuk memberikan modal bagi PNI, partai yang baru didirikan Soekarno

Saat Soekarno ditahan di penjara Banceuy dan Sukamiskin, Inggit rela berjalan kaki berkilo meter, membawa makanan untuk kekasihnya. Menyelundupkan buku dan pesan pesan perjuangan dilakoninya dengan gagah tanpa gentar. Atas nama cinta.

Kecintaannya yang besar kepada Soekarno membawanya ke Ende, mendampingi sang pujaan yang lagi lagi dibuang oleh pemerintah kolonial.

Saat Soekarno lebih memilih perempuan lain, Inggit dengan rela dan ikhlas melepas pujaan hatinya. Ia memilih kembali ke Bandung, kembali meramu bedak dan menjahit kutang untuk menyambung hidup.

Cinta Inggit kepada Soekarno tidak pernah pudar, saat Soekarno meninggal Ia segera menuju Jakarta. Tubuh yang ringkih itu mendadak limbung saat ia melihat wajah kekasih hatinya.

Air mata mengalir melintasi pipi keriputnya. Dengan lirih ia mengucapkan sebaris doa untuk Soekarno, kekasih sekaligus teman seperjuangannya.

Air mata saya selalu mengalir saat membaca kisah Inggit, perempuan yang tidak bisa menulis itu mengajarkan kesetiaan cinta dan kasih sayang tanpa pamrih. Di sudut hati, betapa malunya saya terhadap Inggit, saya belum bisa meniru setengah dari wataknya.

Dalam hati saya masih terdapat pamrih pamrih pribadi terhadap kekasih, rasa ingin diperhatikan masih selalu meraja lela dalam hati saya. Rasa cemburu masih saja menyiksa.

Ah Ibu, ijinkan saya memiliki separuh saja dari ketulusan dan kebersihan hatimu....keikhlasan dalam merelakan sang kekasih bersama orang lain. Keikhlasan untuk hanya memberi tanpa mengharap kembali. Kerelaan mencintai seseorang dalam diam.

Kedengkian dan amarahku pun perlahan padam. Ah, kekasih, dimanapun kau berada semoga selalu bahagia.

02 April 2010

KERINDUAN SPIRITUAL

Kamis malam, dengan lelah saya mengayunkan langkah meninggalkan kantor. Lalu lintas padat sekali, saya melewati gereja cantik tak jauh dari kantor saya yang penuh dengan jemaat menjelang Paskah.

Tiba tiba saya teringat dengan percakapan dengan salah satu sahabat sehari sebelumnya. Ia menceritakan kegiatannya di gereja menjelang Paskah.

Mendadak saya rindu dengan suasana spiritualitas itu, jangan salah sangka, saya sama sekali bukan orang yang agamis, agama bagi saya adalah suatu yang privat dan saya tidak berminat mendiskusikan agama dengan orang lain.

Spiritualitas yang saya rindukan lebih terkait dengan rasa. Mirip kisah orang yang merindukan Mekah untuk melaksanakan ibadah Haji. Saya memilih merindukan masjid masjid kuno di Demak, Kadilangu, Cirebon, Kudus dan Ampel sana.

Tuhan memang ada dimana mana, tapi sekali ini saya ingin menemui Tuhan di masjid masjid tersebut. Sekali lagi ini hanyalah rasa. Doa yang akan saya panjatkan di tempat itu belum tentu terkabul.

Rasanya ingin mengadakan perjalanan panjang menelusuri daerah daerah itu, merasakan aroma keagamaan yang berpadu harmonis dengan kebudayaan setempat.

Suatu saat, panggilan itu akan saya penuhi. Saya akan menyiapkan diri untuk perjalanan batin tersebut.


Note :
Tiba tiba saya ingin menyisipkan entry tentang pondok pesantren waria di daerah Notoyudan, Jogja. Entah mengapa saya merasa justru di tengah tengah para waria itu terasa kekhusukan yang kental saat mereka berdoa. Aroma keTuhanan terasa tulus di sana dibanding zikir zikir akbar yang diliput oleh televisi.
Merekalah para pencari Tuhan yang tersisih.