Minggu lalu, dalam 4 hari saya pergi ke Bali, tepatnya daerah Tenganan dan Palembang.
Ada apa di Tenganan? jawabnya:
Mekare-kare alias
perang pandan. Mekare-kare adalah tradisi masyarakat di desa Pegringsingan dan Dauh Tukad, dimana untuk menghormati dewa Indra warga kedua desa di Tenganan tersebut mengadakan ritual duel satu lawan satu dengan bersenjatakan ruas-ruas daun pandan berduri.
Ritual tersebut pada tahun ini diselenggarakan di desa Tenganan Dauh Tukad tanggal 22 Juli 2016 sedangkan di Tenganan Pegringsingan pada tanggal 25 Juni.
Jadi pada tanggal 21 Juli, menggunakan pesawat pagi saya tiba di Ngurah Rai, seorang pria muda bertato menjemput saya di bandara. Itu lah bli Putu yang selama hari ini dan besok akan mengantar saya.
Karena yang di Pegringsingan sudah lewat, maka saya mengarah pada ritual Mekare-kare yang diselenggarakan di Dauh Tukad. Daerah Tenganan berjarak cukup jauh dari bandara. Dengan mobil dibutuhkan waktu 1.5 - 2 jam dengan jalan dalam kondisi lancar untuk mencapai Tenganan. Mengingat hal itu maka saya memutuskan menginap di sekitar Candidasa.
Karena jarak yang cukup jauh itulah maka daerah Candidasa relatif sepi dari hiruk pikuk wisatawan, walau begitu banyak wisatawan mancanegara yang justru menginap di daerah ini, terlihat dari peginapan kelas menengah yang berderet-deret di sepanjang jalan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoDHTR_UrXD0lcWZ3eb6F8WJlPSaBC4t26xqLrxc-JcCBKhjk_bq4dZkkpTLiVkOd9CmUa3fvNOV87sxs_wm-uLzsCafkLFQKDnI7eRN18DURpJK58FCzJ98Nie9bah2WN77sv3MOkubYy/s640/15.JPG) |
Lorong di desa Dauh Tukad |