Cengkeh, Pala, Kapur Barus, Lada
Terasa kurang afdol penyebutan negeri rempah, jalur rempah tanpa menoleh terhadap keempat komoditi itu.
Identitas ke-Indonesiaan tak lepas dari peranan keempatnya. Nama wilayah diangkat dalam peta, perjanjian dagang dibuat, monopoli dilakukan, kolonialisme, sampai kisah berlumur darah pun terjadi akibat sihir rempah yang membius bangsa-bangsa dari utara agar berdatangan ke selatan.
Dan dari semua rempah, cengkeh termasuk rempah yang paling kokoh eksistensinya sampai masa kini. Fungsinya sebagai pengawet, penyedap dan obat tidak banyak berubah walau mungkin tidak secemerlang dulu kala dunia masih belum mengenal teknologi lemari pendingin.
Dunia selatan yang teduh berubah saat sekelompok orang-orang berhidung mancung dan bermata biru dengan keserakahannya mengenalkan nilai komersial tanaman di kebun para petani lokal. Seiring dengan kesadaran itu ketenangan pun terkoyak, tatanan nilai berubah.
Sebuah kongsi dagang bernama VOC mulai mengambil alih perniagaan cengkeh. Dengan wewenang penuh dari negaranya Belanda, mereka mulai membuat perjanjian dengan para penguasa. Cengkeraman pertama adalah Banten, lalu bergeser ke Ambon, Maluku. Bahkan mereka berani mengusik para pedagang mancanegara yang selama ini bebas bertransaksi dengan penduduk setempat.
Maluku, adalah gudang cengkeh pada masa itu.