Gedung cantik dengan cat putih berkilau dengan arsitektur model art deco terlihat berdiri megah di seberang stasiun Jakarta Kota, penampilan tersebut kontras dengan gedung-gedung lusuh di kiri kanannya. Sayang kecantikan gedung ini terganggu dengan penampilan kabel listrik yang centang perentang tepat di depannya.
Mungkin kalau mendengar jalan Pinangsia, kebanyakan dari kita yang tinggal di wilayah selatan Jakarta akan mengerutkan kening, namun bila dibilang kawasan stasiun kota maka semua orang akan mengangguk maklum. Jalan Pinangsia memang dari dikenal dulunya sebagai distrik keuangan alias finansial. Lidah orang pribumi yang susah melafalkan finansial mengubahnya menjadi Pinangsia. Di jalan itulah sejarah gedung kuno ini berawal.
Mungkin kalau mendengar jalan Pinangsia, kebanyakan dari kita yang tinggal di wilayah selatan Jakarta akan mengerutkan kening, namun bila dibilang kawasan stasiun kota maka semua orang akan mengangguk maklum. Jalan Pinangsia memang dari dikenal dulunya sebagai distrik keuangan alias finansial. Lidah orang pribumi yang susah melafalkan finansial mengubahnya menjadi Pinangsia. Di jalan itulah sejarah gedung kuno ini berawal.
Saya baru tahu gedung itu dinamakan OLVEH (Onderlinge Verzekeringsmaatschappij Eigen Hulp) gara-gara mendapat flyer seminar tentang revitalisasi gedung ini. Seminar yang digagas oleh biro arsitek Sarasvati bekerja sama dengan Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) dan National Geographic Indonesia.
Gedung Olveh ini ternyata adalah bekas gedung asuransi zaman Hindia Belanda yang selesai dibangun tahun 1922 oleh biro arsitek milik Schoemaker bersaudara yang merupakan guru besar di THB-Technische Hoogeschool te Bandoeng (nama awal ITB), merupakan dosen Soekarno, Presiden pertama kita. Kalau tidak salah baca kabarnya Soekarno pernah ditawari bergabung di biro arsitektur tersebut. Sekarang gedung kuno bersejarah ini merupakan aset dari PT Asuransi Jiwasraya.