Membaca link dari twitter Indra J. Pilliang mengenai tulisannya tentang Aburizal Bakrie.
Memang tidak ada salahnya mempunyai opini sendiri tentang sosok Aburizal yang digambarkan dalam tulisan itu sebagai seseorang yang tepat sebagai calon Presiden.
Namun aneh bagi intelektual sekelas Indra Pilliang untuk begitu naif melihat Aburizal seperti tetangga sebelah rumah yang kebetulan nyapres. Ini bukanlah tulisan untuk majalah Gaya Hidup dimana subyek tulisan dilepaskan dari atribut seorang pebisnis sekaligus etikanya.
Jika Indra menuliskan bahwa dalam kasus Lapindo, Ical bukanlah pelaku bisnis dan penanggung jawab dari Lapindo Brantas, rasanya cukup menggelikan mengingat Ical adalah sentral dari seluruh perusahaan Bakrie.
Saya membandingkan dengan kasus Bank Summa, beberapa belas tahun yang lalu, dimana bank itu kolaps di tangan Edward Soeryadjaja akibat pemberian kredit berlebih terhadap perusahaan dari grup yang sama. Menghadapi itu, William Soeryadjaja, sang ayah turun tangan dan menjadikan dirinya sebagai personal guarantee
Memang tidak ada salahnya mempunyai opini sendiri tentang sosok Aburizal yang digambarkan dalam tulisan itu sebagai seseorang yang tepat sebagai calon Presiden.
Namun aneh bagi intelektual sekelas Indra Pilliang untuk begitu naif melihat Aburizal seperti tetangga sebelah rumah yang kebetulan nyapres. Ini bukanlah tulisan untuk majalah Gaya Hidup dimana subyek tulisan dilepaskan dari atribut seorang pebisnis sekaligus etikanya.
Jika Indra menuliskan bahwa dalam kasus Lapindo, Ical bukanlah pelaku bisnis dan penanggung jawab dari Lapindo Brantas, rasanya cukup menggelikan mengingat Ical adalah sentral dari seluruh perusahaan Bakrie.
Saya membandingkan dengan kasus Bank Summa, beberapa belas tahun yang lalu, dimana bank itu kolaps di tangan Edward Soeryadjaja akibat pemberian kredit berlebih terhadap perusahaan dari grup yang sama. Menghadapi itu, William Soeryadjaja, sang ayah turun tangan dan menjadikan dirinya sebagai personal guarantee