Hari terakhir sebelum libur lebaran. Saya masih menyelesaikan pekerjaan kantor dengan earphone berisi lagu lagu Ismail Marzuki yang diaransemen ulang. Saya jatuh cinta dengan syair syair lagunya. Dan aransemen ulang dengan gaya orkestra masa kini membuat lagu lagu lawas itu semakin kinclong. Saya tidak suka lagu lagu pop jadul tapi khusus Ismail Marzuki, itu lain cerita.
O ya pulang kantor saya berniat menonton "Sang Pencerah" di bioskop Pondok Indah. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 6 sore, tergesa gesa saya membereskan tas dan mencegat taksi menuju Pondok Indah. Jalan radio dalam macet sekali, tapi akhirnya tiba juga di lobby mall setengah jam menjelang jam 7 malam.
Saya melompat, loh kok tubuh saya ringan sekali...baru ingat hari ini saya memakai rok selutut dengan sepatu hak. pantesan, enteng sekali. biasanya dibalut celana jeans, kali ini hanya rok ringan. Tapi dengan rok, beberapa mata terlihat melirik saat berpapasan,,,,astaga,,mudah mudahan bukan karena saya terlihat aneh memakai pakaian feminim ini. Tapi pakaian ini juga membuat saya kedinginan dalam bioskop. Cantik namun sengsara,,,ha,,,ha.
Well, untunglah filmnya sesuai dengan harapan. Film sejarah tentang Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Saya menyukai topik dan setting kota Yogya di abad 19. Tak pelak cukup membuka wawasan mengingat minimnya data tentang Ahmad Dahlan dan jarang sekali film Indonesia tentang sejarah.
Profil Ahmad Dahlan cocok dengan apa yang saya baca di salah satu buku koleksi yaitu "Marhaenis Muhammadiyah" sebagai orang yang toleran dengan budaya.
Kalau boleh saya perbandingkan.. Roma punya Ordo Fransiskan yang bergerak dalam bidang pendidikan, umat Islam di Indonesia punya seorang Ahmad Dahlan, dari tanah jajahan yang mempelopori pendidikan Islam di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar