Suatu pagi bos saya menenteng iPad, sebuah komputer tablet keluaran Apple berlayar 10 inch. Dengan segera produk cantik nan canggih itu menjadi pembicaraan hangat di kantor. Dengan harga 5 juta sekian jika beli di Singapore bisa didapat IPad bermemori internal 16 GB.
Ketika diceritakan kepada manusia gadget, ia yang terbiasa bergaul dengan gadget tertawa terbahak bahak. Katanya; coba deh kamu keliling ke Ambassador sana, banyak buatan Cina yang sama persis. Nasihatnya, jangan terpaku dengan merk yang sudah establish, di dunia ini begitu banyak alternatif yang harus dilihat dan dicoba karena teknologi adalah milik semua orang.
Benar juga ya, ada yang menyerupai iPad namanya e pad (e-nya seperti logo internet explorer). Mirip persis dengan tampilan interaktif dan touch screen. Hanya saja jika pada iPad touch screennya peka dengan sentuhan ringan. Pada e pad kita harus menyentuh agak keras sehingga sebutannya bisa jadi push screen bukan lagi touch screen. Harganya jauuuuuhhhhh sekali dibawah yang original karena memang kapasitas memori juga tidak setinggi iPad.
Tapi bukan soal iPad atau e pad nya yang menarik. Tapi lebih pada buatan negara Cina yang katanya abal abal. Kata orang yang sinis, produksi Cina itu selalu meniru.
Namun, bukankah manusia belajar itu pertama tama dari meniru. Dengan meniru ia perlahan dapat mengembangkan kreativitasnya sehingga produk yang dihasilkan dari meniru itu mempunyai perbedaan yang semula tidak dipikirkan oleh pemilik ide asli. Jangan lupa banyak yang mengakui bahwa produk Cina selalu mengalami perbaikan mutu dari masa ke masa.
Bagi yang pejah gesang nderek Microsoft, tentu saja tidak familiar dengan operating system milik Apple. Peluang ini ditangkap oleh yang Cina mempunyai kemampuan meng-cloning teknologi dalam waktu singkat. 3 minggu sejak iPad diluncurkan, telah muncul benda benda serupa made in China di pasaran ya salah satunya e pad itulah yang berbasis Android. Toh sama seperti notebook atau netbook pada akhirnya diproduksi oleh merk merek lain. Dan sah sah jika teknologi digunakan untuk kemaslahatan orang banyak.
Balik lagi ke Negara Cina yang dicibir oleh orang kita sebagai peniru, mungkin sudah saatnya kita berkiblat ke Cina dan bukan lagi ke negara negara bule.
Kenapa? karena sudah jelas Cina berhasil membuktikan diri sebagai negara produsen, mereka berkali kali membuktikan bahwa teknologi barat bisa diadaptasi dengan harga lebih murah. Sebagai negara produsen sudah tentu mereka mendapatkan keuntungan dari negara konsumen yang penduduk apalagi pejabatnya sangat konsumtif, ya seperti Indonesia ini.
Para pembuat kebijakan lebih senang membuka keran impor besar besar, daripada bersusah payah membangun industri dalam negeri. Emang gue pikiran, wong cuma menjabat lima tahun kok,,,,mungkin begitu pikirannya.
Cina, negeri berpenduduk paling besar di dunia pastilah bermasalah dengan jumlah angkatan kerja yang melimpah. Hal ini disiasati pemerintahnya dengan menjadikan home industri dan perdagangan sebagai urat nadi. Orang Cina berdiaspora dan terkenal sebagai wiraswastawan tangguh di berbagai belahan dunia. Tapi bagaimana dengan penduduk yang tinggal di negara sendiri, tentulah menjadi tugas pemerintah Cina membuat kebijakan untuk memberdayakan warganya. Okelah pemerintah Cina sangat otoriter, tapi di bidang kebijakan ekonomi mereka mengerjakan PR mereka dengan sangat baik.
Menjadi negara produsen, mungkin itulah yang harus mulai dirintis oleh pemerintah Indonesia. Jangan terpaku dengan tingkat harga saham yang stabil seperti yang selalu didengung dengungkan oleh pemerintah saat ini, itu bukan cerminan keadaan real di masyarakat. Peduli apa warga kebanyakan dengan harga saham. Kita makan beras bukan makan saham.
Bagaimana caranya menjadi negara produsen? loh kok tanya saya,,,,anda anda dong yang duduk di kursi empuk pemerintahan yang harus mikir. Kan udah kita gaji tinggi, kasih fasilitas, mau studi banding tinggal pilih negara mana,,,,soal dana kan tinggal dibebankan ke kita sebagai rakyat. Monggo loh pak,,tinggal 4 tahun lagi tahun 2014, mbok kasih kenang kenangan hasil kerja yang bagus untuk rakyat.
Jangan takut menjadi negara peniru, bukankah sebenarnya kebudayaan dan ilmu pengetahuan negara negara Barat juga banyak menyerap dan meniru budaya dan ilmu pengetahuan dari Asia terutama pada abad 8 masehi, dimana saat itu dunia barat masih berada di jaman kegelapan. Orang Barat meniru dan mengembangkan sehingga sampai pada kondisi sekarang.
Mungkin produsen iPad itu tidak berani memasarkan produknya ke Cina karena sudah pasti warga sana akan bilang,,,"hey Mister, produk kalian mahal, kami bisa membuat yang sama dengan harga lebih murah".
Tapi tak masalah,,,bukankah masih ada negara seperti Indonesia yang penduduk dan apalagi pejabatnya lebih memilih gengsi daripada fungsi. Sorry ya boss, bukan maksud saya mencela loh. Maklum gak mampu beli iPad,,,he,,he
Buat saya sih, Netbook buatan lokal (bukan buatan Cina loh) cukuplah buat memenuhi kebutuhan. Harga lebih murah, fungsi sama cuma tidak interaktif, tidak touch screen. Tapi saya tetap mengharap iPad versi Indonesia.
Aku cinta, aku cinta buatan Indonesiaaaa,,,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar