Siapa bilang yang namanya traveling itu selalu mulus, dapat apa yang dicari. Nggak gitu dehhh....Kalo udah sial ya sial banget dapatnya..
Belum lama ini saya ke Bukit Tinggi demi menonton Pacu Jawi, itu loh karapan sapi ala Sumatera, mirip dengan yang ada di Madura, cuma yang ini tempatnya di bekas sawah yang becek. Sapi-sapi berpacu melintasi jalur berlumpur menciptakan gambar-gambar eksotis kalau difoto.
Begitulah karena Pacu Jawi ini tidak ada jadwal resmi dan berlokasi di kampung-kampung di Tanah Datar, pedalaman Bukit Tinggi sana, jadilah saya mengontak pak Indra, warga asli Bukit Tinggi yang direkomendasikan oleh adik saya.
Pak Indra ini menyewakan mobil dan sudah biasa dipakai oleh stasiun TV tempat adik saya bekerja untuk liputan. Dari beliau pula saya mendapat jadwal Pacu Jawi dan kampung yang akan menyelenggarakannya.
Singkat kata, tiket sudah dipesan otomatis pula dengan mobil pak Indra yang akan mengantar saya selama di Padang dan Bukit Tinggi dan penginapan, O ya sebagai pecandu sejarah, saya juga sudah menyertakan Sawahlunto sebagai tempat yang harus didatangi (kisah di Sawahlunto sudah ada di blog terdahulu).
Dengan semangat saya menunggu hari H, terbayang sudah akan foto-foto keren sapi dan joki yang sedang berpacu dengan siraman lumpur bercipratan ke sana kemari...Imajinasi saya sudah melompat-lompat gak keruan. Segala hal yang dengan Pacu Jawi sudah digoogle, tips dan trik kamera selama perlombaan juga saya perhatikan sungguh-sungguh.
Akhirnya hari yang dinanti datang juga. Segala peralatan kamera, termasuk yang paling malas saya bawa, tripod, masuk dalam pikulan.
Jadwal keberangkatan pesawat pun lancar tanpa delay. Sampai di bandara Minangkabau mobil telah siap. Di mobil sudah dibahas jam penjemputan untuk ke lokasi Pacu Jawi keesokan harinya, bereslah semuanya. Hari itu semua lancar, tujuan pertama yaitu Sawahlunto berikut penjelajahan tambangnya pun tercapai.
Keesokan harinya sesuai jadwal, mobil penjemputan datang dan melajulah kami ke Tanah Datar. Cukup jauh dari kota Padang Setelah berbelok menyusuri perbukitan sepi, memasuki suatu kampung sambil mencari-cari keramaian di tengah siang yang sunyi, nyet nyet.
Mobil terus berjalan melindas jalanan kampung yang sempit sambil mata tak lepas memandangi sekitar mencari warga yang bisa ditanyai. Ketemu beberapa remaja yang terlihat bingung saat ditanyai tentang Pacu Jawi..."Bukannya minggu depan ya?" begitu selalu jawaban mereka.
Nah looooo....hari ini atau minggu depan nih...mulai cemas deh saya. Akhirnya setelah melewati petak-petak kebun, akhirnya mobil berhenti di area persawahan, ada bapak-bapak di sana. Kami pun kembali bertanya dan jawabannya pasti ...Minggu depan acaranya!..
tuh, sapinya, |
Ih keseeeellllll.....bayangin udah jauh-jauh dari Sawangan ke kampung terpencil ini eh, yang dicari gak ada. Ternyata kontak dengan pak Indra dengan petugas pariwisata ada yang tak ter-update. Bukan salah pak Indra sih, karena menurutnya sudah ditanyakan ulang di saat-saat terakhir dan dinyatakan tak ada perubahan jadwal. Kuamprettttt..!
cuma ada ini doang |
Ajaibnya pak Indra menyampaikan pesan dari para petani tadi, mereka bisa menyelenggarakan latihan pacu Jawi hari ini asal dibayar...wakkkssss...!!!. Akhirnya sekedar pelipur kesal, saya foto deh sapi-sapinya, seadanya :(.
Saya memandangi kaki yang belepotan lumpur sawah, akibat tadi berusaha menghampiri sawah yang akan dipakai untuk lomba minggu depan. Ngambek sih maunya...tapi apa gunanya juga.
Ya sudahlah, mungkin belum rejeki..mudah-mudahan akan ada kesempatan lagi untuk menyaksikan pacu Jawi.
Kata pak Indra, gimana kalau lihat balapan bebek, tapi di bulan Oktober. Hah..bebek? yang kebayang malah bebek H. Slamet, belum kepikiran sih, nanti ajalah ya.
Hal sial lainnya, saya ketinggalan tripod saya saat tiba kembali di airport Soetta. Ampun dah, foto pacuan gak dapet,,ketinggalan tripod pula. Apa kurang amal ya..hahahah.
Tapi emang sih kita harus siap dengan hal-hal kayak gitu. Kudu jembar atine..itulah suka dukanya traveling di Indonesia, suka banyak yang tak terduga. Kadang pahit kadang manis, nah sekarang lagi dapat pahitnya nih, ya harus diterima, ya kan.
Kayak barusan ini, sebenarnya sudah janjian mau ke Labuan Bajo. Udah hitung-hitung duit, ah cukuplah buat traveling semi kere ke sana. Eh ternyata menjelang lebaran Ibu saya sakit. Jadi uangnya terpakai untuk biaya mondok seminggu di RS. Ya sudah toh..hitung-hitung berbakti sebagai anak. InsyaAllah ada rejeki lagi, lagipula kan saya baru beli lensa sebelumnya. :).
Mungkin Allah punya rencana, disuruh tinggal di rumah, beresin duit-duit yang keluar gak beraturan, sekaligus istirahat.
Dan banyak lagi traveling saya yang gagal, dibatalkan karena satu dan lain hal. Gak papa..ikhlassss. Pasti ada gantinya nanti.
Tetap bermimpi dan menabung dong pastinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar