Kamis malam, dengan lelah saya mengayunkan langkah meninggalkan kantor. Lalu lintas padat sekali, saya melewati gereja cantik tak jauh dari kantor saya yang penuh dengan jemaat menjelang Paskah.
Tiba tiba saya teringat dengan percakapan dengan salah satu sahabat sehari sebelumnya. Ia menceritakan kegiatannya di gereja menjelang Paskah.
Mendadak saya rindu dengan suasana spiritualitas itu, jangan salah sangka, saya sama sekali bukan orang yang agamis, agama bagi saya adalah suatu yang privat dan saya tidak berminat mendiskusikan agama dengan orang lain.
Spiritualitas yang saya rindukan lebih terkait dengan rasa. Mirip kisah orang yang merindukan Mekah untuk melaksanakan ibadah Haji. Saya memilih merindukan masjid masjid kuno di Demak, Kadilangu, Cirebon, Kudus dan Ampel sana.
Tuhan memang ada dimana mana, tapi sekali ini saya ingin menemui Tuhan di masjid masjid tersebut. Sekali lagi ini hanyalah rasa. Doa yang akan saya panjatkan di tempat itu belum tentu terkabul.
Rasanya ingin mengadakan perjalanan panjang menelusuri daerah daerah itu, merasakan aroma keagamaan yang berpadu harmonis dengan kebudayaan setempat.
Suatu saat, panggilan itu akan saya penuhi. Saya akan menyiapkan diri untuk perjalanan batin tersebut.
Note :
Tiba tiba saya ingin menyisipkan entry tentang pondok pesantren waria di daerah Notoyudan, Jogja. Entah mengapa saya merasa justru di tengah tengah para waria itu terasa kekhusukan yang kental saat mereka berdoa. Aroma keTuhanan terasa tulus di sana dibanding zikir zikir akbar yang diliput oleh televisi.
Merekalah para pencari Tuhan yang tersisih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar