Pohon-pohon kemiri, mangga, cendana, cengkeh dan vanilli banyak terdapat di kampung Otvai, Alor barat laut, pekerjaan penduduknya memang rata-rata peladang dan pemilik kebun. Hampir di tiap rumah terlihat bak penampungan air berwarna kuning dengan stempel dana desa 2017.
Yang khas serta tidak boleh dilupakan adalah rokok Surya bersama buah pinang. Yang menyenangkan, saya mengikuti rapat sekaligus memegang notulensi. Sempat kaget saat membolak-balik buku yang khusus digunakan untuk notulensi, tulisan tangan notulen sebelumnya bagus sekali. Rapi dengan dengan tingkat kemiringan yang nyaris presisi. Sementara tulisan tangan saya mirip cakaran monyet.
Bapak Samuel yang menjabat kepala desa memimpin rapat, sebelumnya saya diperkenalkan sebagai tamu dari Jakarta. Sudah ada ada beberapa orang anggota BPD yang hadir. Topik dalam rapat berkenaan dengan hampir berakhirnya masa jabatan kepala desa dan anggota BPD sehingga untuk tahun 2019 perlu ada pemilihan kembali. Dibicarakan pula tentang laporan pertanggungjawaban yang akan dikoordinasikan oleh sekretaris BPD.
Bak penampungan air dari dana desa |
Dibahas penyediaan bak penampungan air untuk tiap KK yang ternyata belum semua terpenuhi dari dana desa yang ada sehingga harus dianggarkan kembali sisanya. Tentang program pamsimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) yang sempat saya tanyakan sebelumnya pun diangkat, ternyata masyarakat saat itu memilih tidak mengikuti program tersebut akibat biaya yang harus ditanggung oleh kas desa cukup tinggi.
Balai Desa |
Cukup terkesan saat sekretaris BPD mendapat giliran bicara dan mengingatkan kembali tentang tugas dan wewenang BPD. Pemahaman beliau tentang undang-undang dan peraturan cukup baik, hal itu membuat rapat tetap berjalan pada tracknya.
Rapat Badan Permusyarawatan Desa |
Dari ngobrol-ngobrol saya akhirnya tahu jika kampung Otvai mempunyai aset lahan bersama yang ditanami pohon cengkeh, hasil panennya lumayan untuk menambah pemasukan desa.
Mata air |
Dilingkupi oleh hutan tropis di atas dan hutan jati di bawahnya, Otvai memang subur namun warga belum terakses oleh jaringan pipa air bersih juga tidak ada sumur gali serta sumber air yang terpencar. Embung air yang dibangun belum dapat difungsikan sejak ada kecelakaan orang tenggelam di sana.
Catatan saya bertambah tentang sampah. Iya, sebenarnya Depok, tempat tinggal saya juga tidak punya mesin pengolah sampah plastik dan sampah juga dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir di Cipayung. Namun khusus Alor, saya ngeri jika daerah ini dijadikan fokus pariwisata suatu hari nanti sementara belum ada lokasi khusus untuk pembuangan sampah.
Saya sempat melewati lokasi yang difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir saat menuju Pante Deere tak jauh dari bandara.
Mata air yang sering dipakai |
Sampah dan ketersediaan akses air bersih. Mendadak saya teringat dokumenter tentang dampak pariwisata yang digenjot besar-besaran di Labuan Bajo yang berimbas pada kesulitan warga untuk mendapatkan air bersih walaupun sudah berlangganan PAM karena yang diprioritaskan adalah hotel-hotel. Tentang mata air yang ditutup oleh PAM untuk kepentingan pelanggan sehingga warga sekitar yang telah sejak awal memanfaatkan mata air untuk kebutuhan hidup menjadi keteteran. Sementara di Otvai, sungai Adang yang jernih yang berada di wilayah mereka telah menjadi andalan PAM untuk memenuhi kebutuhan air penduduk Kalabahi, namun penduduk kampung Adang sendiri tidak kebagian akses pipa untuk menyalurkan air dari sungai mereka.
Rasanya para pemangku kebijakan di Alor perlu diingatkan untuk sesegera mungkin menyiapkan akses yang menyangkut hajat hidup warga seperti air bersih dengan biaya terjangkau dan pengolahan sampah terutama sampah plastik.
1 komentar:
Mantap bu
Posting Komentar