Kali ini membahas tentang pentingnya tempat air di masa lalu.
Tentu saja tempat air masih penting di masa kini, dengan bentuk dan bahan yang umumnya dari plastik keras dan dapat dibeli bebas di mana saja.
Di masa lalu kita mengenal kendi sebagai tempat menaruh air. Kendi dipakai baik dalam kegiatan keseharian maupun dalam kegiatan upacara sakral. Dari kendi juga tercatat pengaruh budaya berdasarkan bentuk, ukiran/goresan yang tertera di atas permukaan sebagai hiasan. Kendi pun termasuk dalam muatan kapal yang menyampaikan sepenggal kisah kepada para arkeolog bagaimana dan kemana muatan tersebut akan menuju. Sekaligus memberitakan betapa masyarakat kita benar-benar menyatu dengan laut pada masa lalu.
Dalam kisah pembagian kerajaan Medang pada masa pemerintahan Raja Airlangga, pendeta sakti Empu Baradah mengucurkan air suci dari kendi untuk membagi dua kerajaan menjadi Jenggala dan Panjalu
Kira-kira itulah yang ingin disampaikan pada pameran berjudul: Kendi Kundi Kuno Kini yang bertempat di Museum Keramik, Jakarta Kota.
Pameran yang diadakan dari tanggal 25 Mei - 12 Juni 2016 ini memboyong kendi-kendi dari jaman prasejarah sampai kendi buatan sekarang karya cipta pecinta keramik dalam perkumpulan Sahabat Keramik.
Dalam pembukaan ditampilkan tari Bondan Kendi, 3 orang gadis menari sambil membawa kendi dan di tengah tarian mereka berdiri di atas kendi kecil sambil terus menari. Di akhir tarian mereka memecahkan kendi bawaannya dengan membanting ke lantai.
Kendi yang diperkirakan dari masa prasejarah, dengan corak hias Sahuyn Kalanay |
Wujud tampilan kendi tembikar pada masa prasejarah cukup mengundang rasa ingin tahu. Walaupun ada retakan namun pola titik dan garis-garis lengkung masih terlihat jelas. Corak hias yang dinamakan Sahuyn Kalanay ini banyak ditemukan di Vietnam dan Philipina. Kendi prasejarah ini ditemukan di Rengasdengklok. Kendi ini mempunyai leher tinggi bergelang, badannya kerucut terpotong .
Dari daerah Nusatenggara dikenal wadah air terbuat dari buah labu dari jenis Lagenaria Siceraria
Kendi keramik dari jaman dinasti T'ang, penguasa negeri Cina pada abad 9 dikenali berkat warna biru putihnya. Banyak kendi jenis ini yang ditemukan pada kapal karam antara lain di Belitung.
Pengaruh budaya juga berdampak pada bentuk dan fungsi candi. Dari salah satu kakawin yaitu Sumanasantaka karya mpu Monaguna pada abad 13 dikenal kata angdyun yang artinya tukang gerabah. Perubahan bentuk kendi pada abad selanjutnya pada alasnya menjadi lebih datar, leher diperpendek, banyak dilengkpai oleh cerat dengan kontur permukaan yang lebih rumit dan detail. Bentuk ini dipengaruhi oleh budaya India yang dikenal dengan sebutan kundika
Tidak cuma mengusung soal kendi, penyelenggara pameran yang dikuratori oleh para pakar dari Rumah Peradaban Arkeologi Nasional juga memboyong satu keluarga pembuat kendi tradisional atau disebut juga Kundi dari kampung Mayong Lor, Pak Mashudi dan Ibu Suti dan cucunya. Dengan pelarik (roda pemutar), Ibu Suti sanggup membuat badan kendi sampai 100 buah dalam sehari.
Di desa Mayong Lor hanya wanita yang boleh melarik, kaum pria dilarang melarik karena adanya kepercayaan akan menyebabkan pendek umur. Tanah liat yang digunakan untuk membuat kendi tidak lagi diperoleh dengan gratis dari sekitar melainkan harus membeli dengan harga Rp 200.000 tiap satu bak truk.
Anak kecil cucu Ibu Suti yang bernama Intan pun telah mahir melarik membuat cobek mini. Walau demikian senja kala para kundi ini telah tiba. Menurut pak Mashudi dari 70 kundi di desa dalam lima tahun telah menyusut menjadi tinggal separuhnya.
Kendi berhias huruf, diperkirakan dari Nusantara bagian timur abad 20-1n |
Bagaimanapun kendi telah menjadi
salah satu narasi kehidupan dari jaman prasejarah hingga masa kini. Fungsinya pada jaman sekarang memang tidak lagi sepenting dahulu, namun bila kita bersedia menoleh sebentar ternyata baru disadari bahwa sebagai wadah penyimpan air, kendi telah berperan besar sebagai pencatat sejarah, penghubung antara masa lalu dengan masa kini.
salah satu narasi kehidupan dari jaman prasejarah hingga masa kini. Fungsinya pada jaman sekarang memang tidak lagi sepenting dahulu, namun bila kita bersedia menoleh sebentar ternyata baru disadari bahwa sebagai wadah penyimpan air, kendi telah berperan besar sebagai pencatat sejarah, penghubung antara masa lalu dengan masa kini.
Note:
Sedikit footage tentang melarik kendi oleh Kundi dari Mayong Lor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar