Beberapa waktu yang lalu saya mendapat undangan cause untuk bergabung dalam "Truly Malingsia". Ho..ho rupanya masih ada yang panas sehingga membuat cause ini di facebook.
Dari sisi nasionalisme dengan semboyan "right or wrong is my country" tentu ini wajib didukung. Tapi kok saya merasa kurang sreg dengan cause ini.
Kurang sreg karena dengan situasi negara seperti ini kok julukan maling itu rasanya seperti menunjuk diri sendiri.
Malaysia memang bersalah karena mengaku ngaku asal batik dan tari pendet. Tapi mereka sudah meminta maaf. Batik dan tari pendet tetap milik Indonesia. Sisi baiknya tiba tiba pemerintah jadi memperhatikan kebudayaan miliknya sendiri.
Kembali ke sebutan maling itu. Maling maling lain yang lebih merugikan karena menyelewengkan uang rakyat bebas berseliweran di Indonesia, bahkan Polisi dan Jaksa seakan tutup mata. Antara maling dan pejabat hampir susah dibedakan. Maling belum tentu pejabat, tapi pejabat hampir sebagian besar merangkap maling. Orang orang yang berniat memberantas para maling justru harus siap siap kemalingan nyawanya sendiri.
Daripada menuduh negara lain maling, mbok ya lihat dulu diri sendiri jangan jangan sebutan Truly Maling itu lebih pantas disandang Indonesia karena pejabatnya terkenal suka melindungi para maling yang telah mencoleng uang negara. Jangan jangan nanti Republik Indonesia lebih dikenal dengan Republik Maling. Maling teriak maling kan jadinya
Saya lebih memilih nasionalisme dengan akal sehat daripada nasionalisme membabi buta. Karena kita bukan babi toh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar