Kunjungan terakhir ke Borobudur sangat berkesan. Kunjungan pertama saat SMA dulu sama sekali tidak terekam jelas mungkin karena masih belum mengerti.
Saat terlihat keagungan mandala tersebut dari kejauhan, hatiku berdegup keras. Seolah lambaian dari masa silam berdiri tegak menampakkan wujudnya. Seakan melihat sendiri sosok Rakai Pikatan, Raja Agung dari wangsa Sanjaya sedang melambaikan tangan di anak tangga Kamadhatu. Sosok yang menyatukan dua dinasti besar saat itu, Syailendra dan Sanjaya.
Sambharabudhara yang kelak dikenal dengan Candi Borobudur membawa ajaran Budha bermazab Mahayana. Dimana pada abad ke 9 kerajaan Mataram Kuno yang masih berkedudukan di Jawa Tengah menganut agama Budha Mahayana di bawah pemerintahan Samarattungga dari wangsa Syailendra.
Diperkirakan pada masa Samarattungga inilah pembangunan Borobudur dimulai, yang kalau dikatakan memakan waktu 1 abad berarti dimulai pada abad ke 8 dan diselesaikan saat kekuasaan pindah ke tangan Rakai Pikatan, suami dari Pramodawardhani yang berarti menantu Samarattungga.
Boleh dikatakan pada masa Rakai Pikatan inilah 2 candi masyur yaitu Borobudur dan Prambanan diresmikan. 2 Candi yang membawa peradaban berbeda : Budha dan Hindu.
Borobudur diresmikan oleh sang permaisuri Pramodawardhani yang beragama Budha sedangkan Prambanan didirikan atas prakarsa Rakai Pikatan sang Maharaja Mataram Kuno yang memeluk Hindu Syiwa.
Menyusuri tingkatan Candi yang melambangkan 4 tingkatan kehidupan (Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu dan Arupa) mengingatkan aku pada 4 tingkat nafsu dalam ajaran Sufi Islam : Ammarah, Lawwamah, Mulhamah dan Muthma'inah.
Mengelilingi candi laksana memberikan salam penghormatan terhadap sang arsitek Gunadharma yang berhasil menampilkan religiusitas sekaligus mistis abadi. Memandangi ukiran sekeliling candi berusaha menyerap aroma kehidupan lebih dari 1000 tahun lampau. Mengira ngira bagaimana mengikat batuan ini dengan kuat hanya dengan sistem kait antara batu.
Candi ini terlupakan berabad abad setelah Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur pada jaman Mpu Sindok. Apakah letusan merapi yang menyebabkan perpindahan itu? masih belum jelas.
Yang pasti Candi ini terkubur menjadi bukit dan ditemukan kembali pada jaman Gubernur Inggris Thomas Stamford Raffles di abad 19.
Cukup aneh karena pujangga pujangga kerajaan tidak mewariskan warta tentang kebesaran candi ini kepada Raja raja setelahnya.
Kebesaran Mataram kuno terputus pada jaman Dharmawangsa Teguh. Runtuh setelah serangan dari Wurawari. Kerajaan baru Kahuripan yang didirikan oleh menantunya Airlangga boleh dibilang lepas dari wangsa Syailendra maupun Sanjaya.
Bukankah hal jamak raja baru tidak ingin kebesarannya tertutup oleh raja pendahulunya. Tidak heran bila para Mpu membuat cerita yang menonjolkan raja yang berkuasa pada saat itu dan menghilangkan peran para pendahulunya.
Kita tidak akan menemukan tulisan tentang candi Prambanan pada rontal kitab Desa Vernana atau yang lebih dikenal dengan Negarakertagama karya Pancaksara nama sandi dari Mpu Prapanca pada jaman Majapahit. Padahal Majapahit menganut pula ajaran Hindu Syiwa, namun bisa dimengerti karena Majapahit sebenarnya telah terputus dengan Mataram kuno. Trah Girindrawangsa tidak ada hubungan lagi dengan wangsa Sanjaya, Syailendra atau Isyana.
Budaya tulis saat itu hanya dimiliki oleh kaum Brahmana dan Ksatria. Kalangan sudra yang merupakan kalangan terbanyak tidak diijinkan memiliki pengetahuan seperti halnya 2 kasta atas tersebut. Sehingga bila suatu kerajaan musnah, musnah pulalah jejak dan pengetahuan tentang keberadaannya kecuali jika meninggalkan prasasti di tempat lain.
Sejenak aku berusaha merekam utuh citra sambharabudhara, seperti halnya mencoba merangkum sosok Rakai Pikatan ke dalam mimpi mimpi tentang masa silam dimana tanah ini masih berwujud jatidiri yang berbeda.
3 komentar:
bagus artikelnya! sjujurnya.. saya baca cuma setengah..
hmm, salam kenal :D
iya nih sejarah nya panjang banget jadi pusing bacanya, tapi bagus kok, semoga bermanfaat bagi anak-anak sekolah yang mencari tentang sejarah, hehehe, salam kenal ya..
duh asiknya yang jalan-jalan :)
Posting Komentar