22 Januari 2017

Djuanda Yang Tak Tergantikan

Herbert Feith pernah membagi dua tipe kepemimpinan nasional yaitu solidarity makers dan problem solvers atau administrator.  Tipe solidarity makers amat mudah lekat dalam ingatan berkat kemampuannya memikat massa dengan heroisme yang menggebu.  Contoh paling gampang adalah Soekarno.  Bahwa ya, Soekarno adalah presiden pertama, proklamator, konseptor yang hebat dan segala sesuatu yang serba revolusioner dilekatkan padanya, namun bersama dengan pidato-pidatonya yang selalu membakar semangat wajib dingat bahwa ada kewajiban penyelenggara negara yang harus dijalani hari demi hari.

Ada rakyat yang butuh kepastian sebagai warga negara, ada administrasi kependudukan yang harus dijalankan, ada tanggung jawab untuk menghasilkan pemasukan dan menjaga agar posisi neraca keuangan negara tetap stabil serta ribuan hal-hal rutin yang merupakan tugas penyelenggara negara.  Kewajiban yang amat vital ini membutuhkan pribadi yang tekun, tangguh, pekerja keras, tidak butuh publikasi yang berlebihan, lebih banyak di belakang layar.  Hatta dan Djuanda berada di kategori ini.  Mereka lekat dengan administrasi.

01 Januari 2017

Sekeping Hati di Alor

"Mukamu terlalu lembut untuk seorang traveler, sering jalan sendirian lagi",  begitu yang diucapkan Marlon setengah menggerutu kepada saya.  Saya yang berjalan di belakangnya hanya cengar-cengir sambil kepanasan menahan terik matahari.  Om Marlon, begitu saya biasa memanggil laki-laki yang berusia 4-5 tahun lebih tua dari saya selama di pulau Alor.

Kampung Takpala
Deddy anak om Kris pemilik homestay Cantik yang merekomendasikan Marlon kepada saya.  "Dia itu the best guide in Alor" demikian katanya.  Jadi di hari kedua saya ditemani Marlon mengubek-ubek Alor dengan motornya menghampiri pantai-pantai sepi berair gradasi biru tosca yang jernih dengan pasir putih.