23 Juli 2014

Gugatan Senyap Pranoto Reksosamodra

Takdir memang punya rute sendiri, ia mandiri tak terikat dengan jejak keringat manusia yang menginginkan takdir sesuai dengan impiannya.

Begitu pula dengan perjalanan hidup Mayor Jenderal Pranoto Reksosamodra.

Orang di masa kini mungkin tidak mengenal mantan perwira tinggi ini. Namanya kalah bersaing dengan teman-teman sejamannya baik yang di pihaknya maupun yang berseberangan. Ia pun tidak sevokal rekan-rekannya dalam menuntut keadilan.

foto : Google
Bagi para penonton setia film G30S pasti ingat adegan saat Soekarno memunjuk Pranoto sebagai caretaker Menteri Panglima Angkatan Darat menggantikan Ahmad Yani yang terbunuh namun Soeharto secara halus menolak keputusan itu.  Yang luput dari perhatian bagaimanakah nasib Pranoto pasca penolakan itu karena perhatian kita terfokus pada tokoh-tokoh utama G30S.

14 Juli 2014

Pekojan: Kampung Muslim Arab-India di Jakarta

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 13:00 saat pintu otomatis kereta komuter menutup dan kereta pun bergerak perlahan meninggalkan stasiun Depok.  Mengingat harus berkumpul jam 13:30 di museum Bank Indonesia, saya hanya bisa menghela napas pasrah.

Macet luar biasa di jalur Sawangan-Depok ditambah perkiraan kereta yang akan ditahan saat memasuki stasiun Manggarai dapat dipastikan saya akan tiba di tempat pukul Dua lebih.  Ditambah hujan yang lumayan deras membuat perjalanan kereta lebih lambat.

Saat tiba di stasiun Jakarta Kota, hujan masih belum reda. Tergesa-gesa saya menyeberang, melintasi genangan air akibat saluran mampet.  Untung saja letak Museum BI tepat di seberang stasiun sehingga dalam waktu singkat saya sudah berada di auditorium. Dan memang hujan membuat semua acara terhambat, jadi bukan saya saja yang terlambat.

Janjian dengan Komunitas Historia untuk menelusuri Mesjid-Mesjid kuno di kawasan Pekojan sekalian berbuka puasa bareng.  Dan tentu saja membutuhkan cuaca cerah agar memungkinkan berjalan kaki menyelusup gang-gang sempit.

Toko di Pekojan