28 Desember 2013

Rute Kolonial : Jalur Rel Bogor-Sukabumi

Tahun 1882 pemerintah Kolonial membangun jalur kereta api yang menghubungkan Bogor-Cianjur-Sukabumi dan Bandung untuk mengangkut hasil bumi yang seperti teh dan kopi yang tumbuh subur sepanjang jalur tersebut.  Tidak itu saja penduduk eropa pun mulai berdatangan dari Batavia ke Sukabumi.

Banyak perkebunan teh dan kopi yang membutuhkan akses cepat dan terukur untuk memastikan hasil panennya terangkut dengan lancar.  Itu dapat dipenuhi oleh lokomotif uap yang dapat melaju dengan kecepatan 30 km/jam.  Daerah Cigombong, Cicurug, Parungkuda dan Cibadak merupakan pos-pos pengumpul hasil bumi

Tak pelak jalur kereta Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung dan Batavia-Bandung via Purwakarta pernah menjadi jalur tersibuk dan juga termodern di jaman itu.  Ditambah dengan wacana pemindahan ibu kota dari Batavia ke Bandung membuat pembangunan infrastruktur dikebut habis-habisan.

Sekarang jaman kolonialisme telah berlalu, jalur-jalur yang dulu sibuk dan semarak kini terbengkalai.  Kita lupa bahwa infrastruktur jaman kolonial itu sebenarnya adalah jawaban dari kemacetan yag kian parah.  

18 Desember 2013

Saat Soekarno diangkat ke layar perak

"Jadi Inggit itu istri kedua?"

gambar dari kapanlagi.com

Saya menghentikan loncatan jari-jari di atas tuts sebelum menoleh ke empunya suara. Sekitar 6 pasang mata segera menyambut tatapan saya, muka-muka ingin tahu. 

Dengan segera saya mengangguk,

"Ya Inggit memang istri kedua Soekarno.  Istri pertamanya adalah Utari, anak Cokroaminoto. Itu tuh, bapak yang berkumis baplang, yang pas di film sedang berpidato di podium waktu Soekarno masih muda." 

Masyumi : Catatan Perjalanan Demokrasi



22 Juli 1960, Mendung menggantung di wajah Prawoto Mangkusasmito, ketua Masyumi.

Tak mungkin berkelit lagi dari badai seperti yang telah dilakukan selama ini dengan susah payah.  Soekarno yang sejak lama menahan geram menemukan alasan bagus untuk mengubur oposisi yang dari dulu menjadi duri dalam daging dalam pemerintahannya.

Terutama dengan partai Masyumi yang kerap bersilang pendapat dengannya.  Diawali dengan perdebatan tentang azas negara 15 tahun yang lalu.  Masyumi terpaksa menelan pil pahit kekalahan dari kelompok nasionalis sekuler.  Kekecewaan yang membuat beberapa pemimpinnya gelap mata dan mengangkat senjata melalui Darul Islam dan gerakan PRRI.

Sungguhpun sikap resmi yang dikeluarkan oleh Masyumi adalah mereka tidak mendukung pemberontakan, namun Soekarno dapat mencium simpati di belakang pernyataan resmi itu.

07 Desember 2013

SEREN TAUN GURU BUMI

Menginjak lagi stasiun Bogor setelah bertahun-tahun kemudian menyeret semua kenangan semasa saya bersekolah di kota Bogor dan mengakrabi stasiun tua ini.

Tentu saja saya sering ke Bogor setelah itu tapi tidak dengan kereta.

Turun dari kereta dan melintasi rel kemudian keluar stasiun.  Saya dibuat tercengang melihat jalan kecil di depan stasiun. 
Sepanjang ingatan, jalan ini dulunya ruwet dan macet oleh angkot, ojek, serta pedagang kaki lima, namun kini, saya tolah toleh kebingungan karena angkot dan motor tidak lagi menyesaki tempat ini, pedagang kaki lima tetap ada tapi duduk dengan tertib di sisi jalan dan tidak tumpang tindih.

Jalan yang dulunya semrawut kini menjadi pedestrian dimana para pejalan kaki bisa berjalan santai di tengah-tengah tanpa takut tertabrak kendaraan.


Lumbung